Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Pembentukan Pengurus APGI Kabupaten Situbondo Oleh Nasim Khan Komisi VI DPR RI

Tuesday, 13 May 2025 | 14:46 WIB | 0 Views Last Updated 2025-05-13T12:59:57Z

 


Situbondo, Laskarsakera.comKedatangan Nasim Khan selaku Komisi VI DPR RI dalam Kegitan Serap Aspirasi bersama Pangkalan LPG 3 KG Bersubsidi Tahun Anggaran 2025, menjadi angin segar buat para pengusaha pangkalan LPG 3 Kg di Kabupaten Situbondo.(12/05/2025)


Disamping Nasim Khan sebagai putra asli daerah Kabupaten Situbondo memberikan sosialisasi terkait dengan distribusi gas LPG 3 Kg dan beberapa program kerjanya selama menjabat di DPR RI. Nasim Khan juga mendeklarasikan pembentukan pengurus Asosiasi Pangkalan Gas Indonesia (APGI) Kabupaten Situbondo sebagai wadah aspirasi dari Pengusaha Pangkalan Gas LPG 3 Kg.


Acara yang diselenggarakan di Hotel Sidomuncul 1 Lt.2 juga di hadiri oleh Tokoh-Tokoh berpengaruh diantaranya


Mohammad Badri, S.T. Ketua Fraksi PKB DPRD Situbondo, Zulfikar Purnama Rahman, S.T. Anggota DPRD dari Partai PKB, Fadlailul Wafir, S.Pd. DPRD dari Partai PKB, Salman Al-Farisi


Selaku Sales Branch Manager Malang Rayon VI Gas (wilayah Situbondo - Banyuwangi), Perwakilan dari Dikoperindag Kabupaten Situbondo dan Anzheib Khan Selaku Ketua Umum APGI. Juga hadir pula Divisi Hukum, Supriyono, S.H., M.H., Eko Kintoko Kusumo, S.H., serta rekan-rekan dari LSM dan media.


Hasil pembentukan Asosiasi Pangkalan Gas Indonesia (APGI) Kabupaten Situbondo tersebut dari 450 orang pengusaha pangkalan hingga menjadi 45 orang pengusaha pangkalan LPG 3 Kg dari utusan masing-masing 9 agen LPG 3 Kg  Kabupaten Situbodo, Ahmat Fatoni, S.H. Terpilih menjadi Ketua Asosiasi Pangkalan Gas Indonesia (APGI)  Kabupaten Situbondo, Fitriyaningsih sebagai Sekertaris dan Asmil Umur sebagai Bendahara. 


Dalam sambutannya Nasim Khan menyampaikan rasa syukur dan kebanggaannya atas terbentuknya asosiasi ini. "Hari ini adalah hari bersejarah. Kita menciptakan Asosiasi Pangkalan Gas Indonesia (APGI) yang pertama kali di Situbondo dan di Indonesia," Ungkapnya.


Dihadapan para agen dan pangkalan, Nasim Khan juga menyampaikan harapannya terhadap pembentukan Asosiasi Pangkalan Gas Indonesia (APGI) Kabupaten Situbondo, "Semoga  APGI  Situbondo menjadi wadah aspirasi dari pangkalan LPG 3 Kg untuk memberikan sumbangsih pemikiran baik saran dan masukan kepada agen, pertamina dan pemerintah", Tuturnya.


"Sekaligus menjadi wadah koordinasi dari agen, pertamina dan pemerintah kepada pangkalan untuk menentukan kebijakan-kebijakan terkait Distribusi LPG di lapangan", Imbuhnya.


"Kalau dari distributor sudah ada Hiswana Migas dan lain-lain. Nah, ini pangkalan yang pertama. Saya berkoordinasi dengan Pemerintah, Pertamina, dan Kementerian Hukum, akhirnya legalitas APGI secara akta hukum sudah resmi," Ucap pria yang akrab dipanggil Bang Nasim.


Beliau juga menyampaikan optimismenya bahwa APGI akan berkembang pesat di seluruh Indonesia, terbukti dengan banyaknya pendaftar dari berbagai kabupaten lain. Ia juga menyampaikan bahwa dirinya memberanikan diri untuk memimpin asosiasi ini sebagai Presiden, didampingi oleh Anzheib sebagai Ketua Umum, serta jajaran sekretaris, bendahara, dan penasehat hukum di tingkat pusat dan kabupaten.


Sementara Syaiful Bahri yang kerap dipanggil Bang Ipoel, seorang Manager Operasional Agen LPG 3 kg dengan bendera PT. SRA, menyampaikan aspirasi dan keluh kesahnya terkait kondisi yang dihadapi para agen saat ini. Ia menyoroti ketidakpastian yang dirasakan agen, terutama dalam menjalankan tanggung jawab mereka terhadap pangkalan. 


Syaiful Bahri berharap keberadaan APGI tidak justru menambah kesulitan bagi para agen. Salah satu poin utama yang diungkapkan Syaiful Bahri adalah informasi yang beredar mengenai persyaratan rekomendasi Hiswana Migas untuk pendirian pangkalan baru.


 Menurutnya, persyaratan tersebut tidak mudah dipenuhi oleh agen, terutama terkait perubahan dari SKU menjadi NIB serta masalah perpajakan. "Oleh karena itu, saya berharap Bang Nasim sebagai anggota Dewan memahami kesulitan agen dalam mendukung program pemerintah," ujarnya.


Syaiful Bahri mengaku terkejut dengan keharusan rekomendasi dari Hiswana Migas, yang menurutnya seharusnya cukup dikoordinasikan antara Pertamina dan agen tanpa melibatkan pihak lain di bawahnya. Ia menekankan perlunya pemahaman yang mendalam terkait hal ini, terutama mengingat program pemerintah tentang pemecahan pangkalan.


Lebih lanjut, Syaiful Bahri menjelaskan perbedaan signifikan antara kondisi pangkalan LPG dahulu dan sekarang. "Dahulu, satu pangkalan dengan kuota 200 tabung bisa hidup sejahtera. Namun, kebijakan pemecahan pangkalan saat ini membuat agen memberikan kuota yang jauh lebih kecil kepada pangkalan, bahkan di bawah 100 tabung," paparnya.


Syaiful Bahri menaruh harapan besar pada APGI untuk menjadi wadah yang efektif dalam menyuarakan persoalan-persoalan yang dihadapi pangkalan LPG. "Saya tertarik dengan APGI karena saya selama ini sering menerima keluhan dari pangkalan yang merasa tidak memiliki suara," katanya. Ia berharap APGI dapat menjadi "saudara" bagi pangkalan sebagai bagian penting dari rantai distribusi yang diakui oleh undang-undang.


"Selama ini, pangkalan harus patuh pada perintah agen tanpa memiliki ruang untuk menyampaikan keluhan mereka, bahkan seringkali aturan dari agen disalahpahami sebagai aturan pribadi," pungkas Syaiful Bahri, berharap APGI dapat memberikan suara yang lebih kuat kepada pangkalan sebagai ujung tombak distribusi gas bersubsidi ini.


Kepada pemerintah Bupati Mas Rio dan Wakil Bupati Mbak Ulfi, Bang Ipoel menyampaikan harapannya, "Semoga APGI ini bisa mengakomodir Pengusaha Pangkalan untuk mendapatkan Bantuan pinjaman UMKM sebagaimana yang telah menjadi program kerja Bupati dan Wakil Bupati saat ini", Tegasnya yang kemudian disambut tepuk tangan oleh Para pangkalan LPG 3 Kg.


Red.

×
Berita Terbaru Update